
Hari Raya Nyepi 2025
Sabtu, 29 Maret 2025
Bagi masyarakat Desa Adat Kiadan di Kecamatan Petang, Badung, perayaan Hari Raya Nyepi bukan sekadar hari libur biasa. Ini adalah sebuah perayaan besar yang sarat dengan makna spiritual, refleksi diri, dan tentu saja, kerja komunal yang erat. Pada tahun ini, perayaan pergantian Tahun Baru Saka dari 1946 ke 1947 yang jatuh pada tanggal 29 Maret 2025 di rayakan dengan penuh khidmat dan semangat, terutama oleh para generasi mudanya yang tergabung dalam Sekaa Teruna Mandala Giri.
Jauh sebelum hari H, denyut persiapan sudah sangat terasa di seantero desa. Pusat kegiatan tentu saja berada di balai banjar, tempat para anggota Sekaa Teruna Mandala Giri berkumpul. Siang dan malam mereka bahu-membahu mengerjakan karya utama mereka untuk menyambut Nyepi, yaitu ogoh-ogoh. Dengan kreativitas tanpa batas, mereka membentuk kerangka bambu, menempelkan kertas, dan mengecat detail demi detail untuk menciptakan sebuah mahakarya yg tidak hanya besar, tapi juga punya cerita. Proses pembuatan ogoh-ogoh ini menjadi ajang bagi mereka untuk belajar bekerja sama, mengelola ide, dan yang terpenting, memahami makna filosofis di baliknya.
Puncak dari kerja keras mereka terlihat pada malam Pengerupukan, satu hari sebelum Nyepi. Ogoh-ogoh megah hasil karya mereka di arak keliling desa dengan diiringi tabuhan gamelan baleganjur yang bertalu-talu dan penuh semangat. Ribuan warga desa tumpah ruah ke jalanan, menyaksikan pawai sebagai simbol pengusiran energi negatif atau bhuta kala dari lingkungan sekitar. "Ini bukan cuma soal bikin patung besar terus dibakar, ini proses kami sebagai generasi muda untuk memahami makna Bhuta Kala, dan bagaimana mengendalikan sifat buruk dalam diri kita sendiri," jelas salah seorang anggota sekaa teruna dengan wajah berpeluh keringat namun penuh bangga.
Keesokan harinya, saat fajar tanggal 29 Maret 2025 menyingsing, suasana berubah 180 derajat. Hiruk pikuk malam Pengerupukan hilang tak bersisa, digantikan oleh keheningan total. Desa Adat Kiadan seolah menahan nafas, melaksanakan Catur Brata Penyepian. Tidak ada suara kendaraan, tidak ada aktivitas bekerja, tidak ada api atau cahaya lampu, dan tidak ada bepergian. Ini adalah momen inti dari Nyepi, saat dimana setiap individu didorong untuk merenungkan kehidupanya selama setahun kebelakang, melakukan introspeksi, dan menyusun niat baik untuk tahun yang akan datang. Malam harinya, tanpa polusi cahaya, langit di atas Kiadan menjadi pemandangan yang luar biasa, bertabur jutaan bintang yang seolah ikut menjaga kedamaian desa.
Perayaan Nyepi adalah bukti nyata bagaimana sebuah tradisi bisa terus hidup dan relevan, terutama dengan adanya peran aktif dari generasi muda seperti Sekaa Teruna Mandala Giri. Mereka adalah penjaga api tradisi, memastikan bahwa nilai-nilai luhur Nyepi terus diwariskan dengan cara yang kreatif dan penuh semangat semangat.