Pesta Kesenian Bali 2025
Kamis, 3 Juli 2025
Suasana magis begitu kental terasa di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Center, Denpasar, pada malam Kamis, 3 Juli 2025. Ribuan pasang mata penonton terhipnotis oleh penampilan memukau dari Sekaa Teruna Mandala Giri bersama dengan Sekaa Gong Ejo Bang. Duta dari Desa Adat Kiadan, Desa Plaga, Kecamatan Petang, Badung ini membawakan sebuah tradisi sakral yang jarang di pentaskan di luar desanya, yaitu "Napak Pertiwi".
Penampilan mereka di ajang bergengsi sekelas Pesta Kesenian Bali (PKB) tentu bukan tanpa persiapan. Koordinator pementasan menyatakan bahwa Sekaa Gong Ejo Bang telah mempersiap kan segalanya sejak tiga bulan lalu. Proses panjang ini bukan hanya soal latihan teknis menabuh gamelan atau menghafal gerak tari. Latihan ini adalah soal menyatukan jiwa, atau ngayah, sebagai bentuk pengabdian tulus. Total ada sekitar 50 seniman yang terlibat sepenuh hati, terdiri dari para penari dan penabuh yang usianya bervariasi dari remaja hingga dewasa. Latihan seringkali di gelar hingga larut malam di balai banjar, menunjukan dedikasi tinggi dari para seniman desa ini.
"Ini adalah sebuah kebanggaan sekaligus tanggung jawab besar bagi kami, membawa nama desa Kiadan ke panggung PKB," ujar salah seorang penabuh saat diwawancarai sesaat sebelum pementasan. "Kami tidak hanya ingin menunjukan keindahan seni, tapi juga kekuatan spritual yang ada di dalamnya," tambahnya dengan wajah serius.
Pentas "Napak Pertiwi" sendiri merupakan sebuah karya seni pertunjukan yang utuh. Pertunjukan ini menggambarkan kekayaan spiritual, estetika, dan budaya masyarakat Desa Adat Kiadan yang diwariskan secara turun temurun. Alunan gamelan yang dinamis dari Sekaa Gong Ejo Bang berpadu sempurna dengan gerak tari yang simbolis, menciptakan sebuah dialog antara musik dan gerak yang sarat akan makna filosofis.
Puncak dari pementasan yang ditunggu tunggu penonton adalah saat tarian sakral "Ida Bathara Ratu Sesuhunan" ditampilkan. Diiringi genta suara gamelan yang semakin intens, sosok agung barong dan rangda sebagai perwujudan Ida Bathara Ratu Sesuhunan Desa Adat Kiadan memasuki panggung. Aura mistis langsung menyelimuti seluruh area pertunjukan. Setiap gerakan, tatapan mata, dan detail dari kostum barong dan rangda tersebut bukanlah sekadar tontonan, melainkan representasi dari kekuatan suci yang sangat dihormati oleh masyarakat Kiadan.
Penampilan mereka malam itu sukses membuktikan bahwa tradisi dan kesenian Bali akan terus hidup dan bersinar. Kekuatan budaya lokal dari desa seperti Kiadan menjadi nafas sesungguhnya dari kemegahan Pesta Kesenian Bali. Penampilan ini bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah pelajaran tentang dedikasi, spiritualitas, dan kecintaan pada warisan leluhur yg tak ternilai.